Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Top Ads

Adat Batak dan Dampaknya pada Ketidaksetaraan Gender

Ina Herawati Rachman
Ina Herawati Rachman  - Sumber: Dok Istimewa

SMESCO Convention Hall Jakarta baru-baru ini menjadi saksi bisu perpaduan indah antara tradisi dan modernitas. Gelaran Wedding Batak Exhibition 2024 berhasil memukau para pengunjung dengan menampilkan pesona pernikahan adat Batak yang begitu kaya dan relevan dengan zaman sekarang.

Acara yang digagas oleh IWITA ini berhasil membawa para pengunjung pada sebuah perjalanan waktu. Di satu sisi, pameran ini menyajikan keindahan dan makna mendalam dari upacara adat Batak yang telah diwariskan secara turun-temurun. Mulai dari prosesi mangalehan, ulos, hingga makanan khas Batak, semuanya ditampilkan dengan sangat detail dan autentik.

Di sisi lain, pameran ini juga menunjukkan bagaimana tradisi Batak dapat beradaptasi dengan zaman modern tanpa kehilangan esensinya. Para vendor pernikahan yang hadir menawarkan beragam pilihan yang memungkinkan pasangan untuk merancang pernikahan impian mereka dengan tetap menghormati nilai-nilai luhur budaya Batak. Mulai dari desain undangan yang minimalis namun tetap elegan, dekorasi yang memadukan elemen tradisional dan kontemporer, hingga pilihan menu yang menyajikan cita rasa Batak dengan sentuhan modern.

Menjembatani Hukum dan Budaya

Ina Herawati Rachman, sosok di balik kesuksesan Maestro Law Office dan APLI, adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin dapat menginspirasi perubahan positif. Semangat inovasinya sejalan dengan semangat yang ditampilkan dalam Wedding Batak Exhibition 2024. Sama seperti Ina yang berhasil membawa perubahan dalam industri hukum, pameran ini juga berhasil memperlihatkan bahwa tradisi pernikahan Batak dapat terus berkembang dan relevan di era modern. Baik Ina maupun pameran ini membuktikan bahwa dengan menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan semangat inovasi, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik.

Data menunjukkan bahwa perempuan Batak masih menghadapi ketidaksetaraan yang signifikan dalam hal kepemilikan harta, terutama warisan tanah. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa hanya 20% perempuan Batak yang memiliki hak penuh atas tanah yang diwariskan. Angka ini jauh di bawah rata-rata nasional. Padahal, banyak perempuan Batak yang menjadi tulang punggung keluarga, mengelola kebun, berdagang di pasar, atau bahkan menjalankan usaha sendiri. Ketidakadilan dalam warisan ini tidak hanya merugikan perempuan secara individu, tetapi juga menghambat kemajuan ekonomi keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidaksetaraan ini adalah sistem adat waris yang masih kuat di masyarakat Batak. Dalam banyak kasus, hanya anak laki-laki yang berhak atas warisan utama, seperti tanah dan rumah. Perempuan biasanya hanya mendapatkan bagian yang kecil atau berupa barang-barang bergerak. Padahal, kontribusi perempuan dalam mengelola harta keluarga seringkali tidak kalah penting dibandingkan laki-laki. Diskriminasi ini diperparah oleh pandangan tradisional yang menganggap perempuan sebagai anggota keluarga yang sementara, karena mereka akan menikah dan pindah ke keluarga suami.

Akibat dari ketidaksetaraan ini, banyak perempuan Batak yang hidup dalam ketergantungan ekonomi terhadap suami atau keluarga besar. Mereka memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya ekonomi dan peluang untuk mengembangkan diri. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu, tetapi juga menghambat partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat keluarga dan masyarakat. Padahal, partisipasi perempuan sangat penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Tradisi Batak Bersinar Modern di SMESCO Convention Hall

Jakarta semakin memantapkan posisinya sebagai kota metropolitan yang kaya akan budaya. Salah satu buktinya adalah suksesnya penyelenggaraan Wedding Batak Exhibition 2024 di SMESCO Convention Hall. 

Acara ini tidak hanya memperkenalkan keindahan dan kekayaan tradisi Batak, tetapi juga berhasil menyatukannya dengan semangat modernitas, sejalan dengan kampanye Enjoy Jakarta. 

Kolaborasi apik antara IWITA dan berbagai pihak, termasuk Ina Rachman, telah menjadikan acara ini sebagai platform yang efektif untuk mempromosikan Wonderful Indonesia di kancah internasional.

Dengan mengangkat tema pernikahan adat Batak, pameran ini berhasil menarik minat tidak hanya masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara, membuktikan bahwa kekayaan budaya Indonesia masih sangat relevan di era global.

Post a Comment for "Adat Batak dan Dampaknya pada Ketidaksetaraan Gender"