Mengenal Teknologi Hi Fer
Mengenal Teknologi Hi Fer! Selain swasembada pangan, Indonesia
juga sedang menggalakkan swasembada ternak, salah satunya adalah sapi. Tentu
saja masalah utamanya ada pada pakan ternak yang hampir 80% didominasi oleh
hijau-hijauan. Adanya dua musim di indonesia menjadikan pasokan pakan hijau
tidak stabil. Apalagi antara bulan April-September, pasti pasokan pakan hijau
akan berkurang.
Lalu, untuk mengantisipasi ini semua bagaimana caranya?
Supaya kestabilan pakan tetap terjaga? Baru-baru ini, telah ditemukan terobosan
baru tentang Pengalihan pakan menggunakan sebuah teknologi yang disebut teknologi Hi Fer. Teknologi Hi Fer ini
sendiri adalah sebuah teknologi fermentasi yang tidak hanya menggunakan
hijau-hijauan namun juga mencampur dengan ketela, kulit ketela, jerami, bonggol
jagung, kulit jagung, bahkan limbah pertanian maupun rumah tangga organik yang
nilai ekonomisnya sudah sangat rendah.
Makna teknologi sendiri disini bukan kepada proses
fermentasi olahannya melainkan pada hasil temuan dalam produk pembuatan pakan
ternak itu sendiri. Selain itu, Hi Fer juga sangat efektif dan efisien, karena
selain bahan mudah didapat, mudah diolah, juga harganya terjangkau. Jadi, jika
biasanya peternak membeli hijau-hijauan untuk pakan ternak, biaya itu bisa
dialihkan pada kebutuhan ternak lainnya, sehingga pemeliharaan bisa lebih
dimaksimalkan lagi.
Berbagai pihak yang terkait masih terus mengkaji ulang agar
kedepannya semakin banyak penemuan-penemuan baru yang bisa mendongkrak kualitas
ternak Indonesia. Salah satu diantaranya merupakan teknologi tepat guna
probiotik serta teknologi yang berkaitan dengan komplemen pakan (KP) yang telah
terbukti bermanfaat dalam memberikan dampak positif pada ternak. Selanjutnya,
untuk kedepan, teknologi ini akan dimanfaatkan untuk kepentingan produksi teknologi Hi Fer.
Selain itu, sangat banyak pula manfaat teknologi Hi Fer ini
sendiri. Diantaranya adalah ketersediaan bahan yang melimpah ruah disekitar
kita serta dapat diproduksi secara massal, mudahnya dalam teknik pengolahan
sehingga bisa dilakukan oleh siapapun tanpa memerlukan alat-alat tertentu, dan
biaya yang murah sehingga pembiayaan lain-lain bisa dialokasikan guna
memaksimalkan ternak.
Kita ambil saja contoh pada jumlah ternak sapi di tahun 2011
sebanyak 14,8 juta ekor dan meningkat sekitar 0,07 persen pada tahun berikutnya
(Ditjennak, 2012). Kebutuhan minimum ternak ruminansia per satuan ternak (ST)
adalah 1,14 ton bahan kering/tahun maka diperkirakan jumlah hijauan pakan yang
diperlukan seluruhnya pada tahun 2012 adalah 18,3 juta ton bahan kering (BK). Dan
jumlah ini bisa disiasati dengan implementasi teknologi Hi Fer untuk ternak.
Jumlah tersebut tergolong sangat banyak diperkirakan untuk
mendukung program swasembada daging sehingga perlu adanya program maupun upaya
penyediaan pakan hijauan berkelanjutan.
Secara perkiraan potensi ketersediaan pakan sangat tinggi,
baik yang berasal dari hijauan maupun limbah pertanian. Hal tersebut
dimungkinkan karena didukung oleh ketersediaan sumber daya lahan tanaman
pangan, perkebunan, dan kehutanan. Hal ini pula yang mendorong munculnya
pembaharuan teknologi pakan berupa teknologi
Hi Fer.
Jika potensi lahan yang ada dapat dimanfaatkan 50 persen
saja, jumlah ternak yang dapat ditampung mencapai 29 juta satuan ternak. Hal
tersebut belum termasuk padang rumput alam, yang jika diperbaiki dan
ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan rumput unggul mampu meningkatkan
daya tampungnya secara nyata.
Bagaimana? Menakjubkan sekali bukan teknologi Hi Fer ini?
Terobosan ini adalah asli karya anak negeri yang mampu mengimbangi laju
permintaan di pasaran luas, sehingga peternak lokal tetap bisa memasok produk
tanpa harus mendatangkan dari luar negeri. Produk asli dalam negeri
terselamatkan oleh adanya teknologi-teknologi seperti ini.
Post a Comment for "Mengenal Teknologi Hi Fer"
*DiBukaBox tidak bertanggung jawab atas komentar yang Anda buat